cerita Jepang

Belajar jadi ibu Jepang

image from here
image from here

Sudah hampir 2 tahun saya tinggal di Jepang. Banyak yang saya pelajari dari negeri ini. Kedisiplinan, kebersihan, keteraturan, sopan santun, dll. Namun kali ini saya akan cerita tentang ibu-ibu Jepang yang saya kagumi.

Kebanyakan wanita Jepang memutuskan menikah usia 30 tahunan. Alasannya biasanya mereka ingin bekerja atau bersenang-senang sebelum memutuskan menikah dan punya anak. Karena bagi wanita Jepang menikah berarti kehilangan kebebasan untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan. Maka tak jarang banyak yang memutuskan untuk nggak menikah dan ini katanya menjadi masalah serius di Jepang karena otomatis angka kelahiran kecil dan akan mengancam generasi penerus Jepang nantinya.

Oke, kita abaikan permasalahan barusan. Kita ngomongin soal ibu-ibu aja ya. Kenapa saya kagum sama ibu Jepang? Karena mereka hebat. Apa hebatnya? Ini dia…

Saat menikah, mereka nggak segan-segan resign dari pekerjaan mereka dan memutuskan untuk full menjadi ibu rumah tangga. Ada yang sudah mencapai jabatan tinggi, gaji tinggi, tapi mereka rela melepas itu semua demi mengurus keluarga. Dan ini lazim di Jepang. Biasanya mereka akan kembali bekerja jika anaknya minimal sudah bisa mengurus dirinya sendiri.

Ibu Jepang mengurus semuanya sendiri.  Seluruh urusan rumah tangga diserahkan kepada si ibu. Tugas bapak Jepang full mencari nafkah di luar rumah. Urusan rapat sekolah, pendidikan, prestasi anak, dapur, belanja, bayar tagihan, dan segala tetek-bengeknya ada di tangan si ibu. Ada sih jasa helper gitu semacam asisten rumah tangga yang tugasnya bantu memasak, mencuci, bersi-bersih, tapi MAHAL, dan bayarnya biasanya per jam. Mereka yang pake jasa ini biasanya orang yang sangat kaya ato sedang kena musibah seperti sakit yang harus dirawat dan nggak ada orang ato sodara yang membantu mengurus rumah. Tapi ini jarang banget, kebanyakan mereka urus semua sendiri. Bahkan ibu bekerja sekalipun nggak ada yang pake jasa asisten.

Ibu Jepang biasa masak 3x sehari (pagi-siang-sore/malam), biar fresh kali ya. Mereka masak langsung dimakan dan biasa langsung habis jarang ada sisa. Beda sama kebiasaan masak di Indonesia yah yang masak biasanya satu kali buat menu satu hari, haha… 😀 Ditambah bikin bento buat anak-anak sekolah dan suami.

Bagi ibu yang punya bayi ato balita, akan diajak kemana pun si ibu pergi. Belanja, pergi ke tempat bermain, taman, pemeriksaan rutin, imunisasi, dll.  Ini yang sering saya lihat. Ibu Jepang gendong bayi sambil gandeng kakaknya yang masih balita, ato kakaknya duduk di stroller bayinya digendong, kadang stollernya dilipat ikut naik bis ato kereta, ato naik sepeda bonceng depan belakang, ato bawa mobil sendiri anak-anaknya duduk di car seat. Mandiri kan? Saya selalu kagum lihat pemandangan ini. 😀

Sadar bahwa pendidikan anak ada di tangan si ibu, para ibu Jepang harus banyak belajar soal cara membesarkan anak yang baik. Di sini tersedia banyak tempat-tempat konsultasi seputar membesarkan anak (子育て-kosodate-). Yang paling umum bisa datang ke shiyakusho/kuyakusho (kantor pemerintah) ato kenko senta (dinas kesehatan), tersedia juga layanan telepon. Shimin senta (citizen center) yang banyak tersebar di seluruh kota juga biasanya ada tempat khusus bermain anak-anak. Bukan cuma bermain aja, bisa konsultasi juga karena biasanya ada petugas kesehatan atau borantia (volunteer) yang biasa menangani masalah anak. Di TV juga ada acara tentang cara membesarkan anak. Saya banyak terbantu dengan adanya hal ini, jadi tau bagaimana pola asuh anak-anak Jepang dan kegiatan ibu-ibunya. 🙂

Pekerjaan yang luar biasa kan? Para ibu-ibu ini melakukannya dengan penuh dedikasi tinggi dan jarang mengeluh. Karena tanggung jawabnya dirasa berat makanya jarang keluarga Jepang yang punya anak banyak.

Semoga saya dan ibu-ibu lain bisa belajar dari ibu Jepang yang mandiri. Ambil positifnya aja ya… 🙂

 

20 thoughts on “Belajar jadi ibu Jepang

  1. Wah hebat! Itu juga salah satu indikasi negara maju deh, ibu-ibu yang mandiri dan totalitas banget ama anak. Bekerja pun, mereka gak pake pembantu, kayak di film2 barat ya? Senangnya klo pemerintah support ibu2 seperti di Jepang, kayaknya jadi ibu jadi berharga banget yak!

    1. iya betuull… karena asisten di sini tenaga profesional jd bayarannya tinggi, makanya mending kerjain sendiri deh kalo nggak bener2 butuh… belajar jadi ibu mandiri yuk… hehe

  2. Wooww… hebabbat bangeet… saya baru tahu stlh baca blog mama nisa. Jadi mengaca pada diri sendiri, kadang saya suka mengeluh kalo pekerjaan rumah tangga banyak banget (maklum saya tdk punya asisten rumah tangga, dan saya bekerja). Membaca ini menjadi pelajaran buat saya, ternyata masih banyak ibu-ibu di luar sana yang hebat2.

    1. semangat mb…. mengeluh gpp sekali kali, manusiawi kok, asal jgn keseringan, hehe… working mom disini kegiatannya lebih padat lg, pagi2 urus persiapan anak2 suami, sama dirinya sendiri, trs antar anak sekolah ato ke tempat penitipan sekalian berangkat kerja, pulang kerja jemput anak, belanja, sampe rumah bikin makan malam, beres2. weekend biasanya mereka baru jalan2 quality time sama keluarga… salut! ayo semangaaatt mba!! 🙂

  3. kalau saya sudah begitu sejak nikah mba, masak 3 kali sehari, karena suami suka yang fresh..
    yang ngajarin anak sekolah saya, rapat saya juga, sampe angkat galon isi air saya juga, hehe kecuali saat melahirkan 😀

    Di abu dhabi sekarang ga jauh beda juga, semua sendiri, bahkan soal makanan kalau di indo saat makan malam bisa beli sate disini full masak 😀

    tapi its my life ya.. di syukuri aja .

  4. mantap. yang kayak gini nih bisa memperbaiki generasi bangsa selanjutnya. hhihi… aku juga kagum sama ibu2 jepang. Biar gimana pun ibu rumah tangga juga profesi. keren banget lah.

  5. jadi semangat baru buat saya memantapkan hati tuk berhenti kerja. Meski lom punya momongan. Dan berharap segera di karuniai ingin jadi ibu rumah tangga total seperti itu 🙂

  6. Assalamualaikum mama nisa, nice info tentang ibu-ibu jepang, saya kagum sekali membacanya. Terutama,saya dan suami bercita-cita ingin mengunjungi jepang. Salam kenal mama nisa, ini mia

  7. Patut ditiru nih ^^ masyaAllah sekali. Mbak, tulis dong rentetan daily activity emak-emak jepang yang sanggup ngerjain semua pekerjaan rumah tanpa ART apalagi pas udah punya anak

Leave a comment