cerita fiksi

Prompt #14: Desa Bersalju -Otousan- bag.2

973070_10200578256051413_1705507355_n

cerita sebelumnya: ke sini

 

“Asako…” Sebuah suara mengagetkanku.

“Okaasan.”

“Ayo kita berangkat.”

Ibu mengambil kotsutsubo yang berisi abu ayah.  Sudah 35 hari kotsutsubo itu diletakkan di altar, kini saatnya disimpan di dalam haka.

Sepanjang jalan menuju tempat perkuburan kami hanya bisa diam. Menyelam dalam pikiran masing-masing. Ah, desa ini masih tetap sama seperti dulu. Tidak banyak yang berubah.

Di tengah jalan kami berpapasan dengan Matsumoto-san, paman pemilik kebun sayur sebelah. Melihat kami, ia menghentikan langkahnya dan membungkuk dalam-dalam, menandakan belasungkawa yang teramat dalam. Aku dan ibu membalasnya dengan sedikit membungkuk dan meneruskan perjalanan kami.

Akhirnya kami tiba di tempat perkuburan desa. Tempat itu terletak di atas bukit. Dari sini jelas terlihat rumah-rumah penduduk. Aku masih hafal siapa-siapa saja pemiliknya. Hamparan putih salju yang membungkus desa seperti dunia hitam putih bagiku.

Ibu meletakkan kotsutsubo ke dalam haka milik ayah. Aku membersihkan haka dan menaruh karangan bunga. Kemudian kami sama-sama berdoa.

“Asako.”

“Hai, Okaasan.”

“Apa yang kau lakukan di sini? Desa ini hanya berisi orangtua. Tidak ada apa-apa. Tidak ada yang bisa kau lakukan.”

“Okaasan, aku akan tinggal di sini bersamamu. Kita bisa bangun lagi toko udon kita.”

“Aku sudah tidak ada tenaga untuk itu. Kembalilah ke Tokyo. Kau belum melakukan apa-apa untuk mimpimu.”

“Okaasan….” aku tergugu.

***

Aku mulai bersiap. Kukenakan kimono terbaikku. Kububuhkan sedikit bedak ke wajahku yang keriput. Kuusap lipstik di bibirku agar tak terlihat pucat. Semua ventilasi sudah kututup. Kupastikan tak ada udara yang bisa keluar masuk.

Hari mulai gelap. Salju pun mulai turun. Anakku sudah pergi sore tadi dengan bis terakhir yang akan mengantarnya menuju Tokyo. Ini tak akan lama. Besok pagi kupastikan semuanya sudah selesai sebelum Matsumoto-san ke sini menemuiku.

“Otousan, otsukaresama deshita….”

Aku membungkuk dalam-dalam di depan altar suamiku, dan mulai berbaring. Perlahan bau gas mulai masuk ke dalam paru-paruku.

tumblr_mdt4z8ZwJk1qh09kzo1_500
credit

selesai.

***

jumlah kata: 286

MFF Promt Challenge #14: setting desa berselimut salju.

Catatan:

okaasan: panggilan ibu dalam bahasa Jepang.

kotsutsubo: kotak kecil berisi abu jenazah.

haka: makam/nisan.

udon: mie khas Jepang, bentuknya lebih tebal dari mie biasa.

otousan: panggilan ayah dalam bahasa Jepang.

otsukaresama deshita: terima kasih atas segala jerih payah selama ini.

19 thoughts on “Prompt #14: Desa Bersalju -Otousan- bag.2

    1. kompor gas yg dibiarkan menyala? *terlalu mengada-ada… hahaha*
      aaah, udh buntu nih, kepikirannya cuma itu. huhu. harusnya nenggak racun aja apa ya? 😐

  1. masih kurang dapet latarnya, mbak. alangkah bagusnya kalau bagian dia berjalan di tengah salju dan bertemu Matsumoto di deskripsikan lagi dengan teknik show. biar terasa efek latarnya 🙂

    1. ya ya ya, setelah saya baca ulang, deskripsinya memang kurang. duh, nyerah deh di prompt ini, udh ga ada ide lg. hihihi. makasi ya mas sulung. 😉

    1. alasannya karena pengen nyusul suaminya aja gitu, ga bisa hidup tanpanya, *halah*
      hihihi udah keabisan ide nih, jdnya geje. 😛 makasi mak istiii udh bersedia mampir *peluk*

  2. Openingnya sudah bagus mak… tinggal di pertengahan saat ibunya ngomong sama anaknya.. kurang greget dikit… xixi

    semangat terus menulis ya mak… 🙂

  3. Hmmm… sebenernya idenya dapet, twistnya juga dapet. Tapi jalan bunuh dirinya masih kurang. Masih ada sedikit kemungkinan udara tetep bisa masuk ke dalam ruangan kalo cuma nutup ventilasi kayanya. Kecuali kalo dia ngeledakin kompor gas #ngok 😆 Musti cari jalan lain untuk bunuh diri. Coba nanya ke Ajen, ada ga obat yang bisa dipake untuk bunuh diri dengan smooth

    #Parentaladvisory ini malah ngajarin bunuh diri 😆 jangan sampe Nisa ikutan baca yak 😆

Leave a reply to nisamama Cancel reply